Sedikit meminjam istilah Eka Kurniawan dari novelnya yang berjudul Cantik Itu Luka, yakni kurang lebih ia berkata bahwa ada dua alasan untuk mencintai seseorang; yang pertama cinta karena ingin memiliki, yang kedua cinta karena inginmenyetubuhinya. Sebuah gagasan sederhana namun amat merefleksikan keadaan masyarakat dewasa ini.
Bagaimanapun apa yang saya kutip di atas itu, sebetulnya merupakan satu kesatuan yang tak bisa dipisahkan. Misalnya pada kasus pertama, seseorang tentu saja punya rasa ingin memiliki terhadap orang yang ia cintai. Lalu pada kasus kedua,mencintai seseorang dengan memilikinya tentu saja berujung pada sebuah wadah untuk pemuas hasrat seksual seorang manusia. Nah! Di sinilah yang perlu digaris bawahi teman-teman.
Sebagai contoh sebuah fenomena menarik yakni pacaran, yang kini lebih banyak berperan sebagai dalih untuk melakukan seks ataupun hal-hal pemuas nafsu seksual. Terbukti dengan meningkatnya remaja seks pra-nikah tiap tahunnya berdasarkan Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN). Eits tapi tunggu dulu! Dengan saya berkata seperti ini, bukan berarti saya menggeneralisasikan atau membuat stigma bahwasannya pacaran = seks. Tidak, Tidak seperti itu. Yang saya maksud adalah bagaimana bergesernya fungsi “pacaran” atau “pernyataan cinta” yang kini dapat menjadi dalih untuk melakukan hubungan seks, dan seolah-olah membuat hal itu menjadi wajar atau “tak berdosa”.
Baiklah, saya akan mencoba membuat ini menjadi semakin sempit lagi. Bagaimanapun setiap orang memiliki pemahaman dan pandangan tersendiri mengenai pacaran, dan sayapun terbuka akan hal tersebut. Hanya saja ada benang merah dari beraneka ragamnnya pandangan tentang hal itu, yakni selalu ada potensi mengarah kepada wadah untuk pemuas nafsu seksual tadi. Potensi itulah yang kini menjadi wabah penyakit yang melukai pikiran masyarakat luas, dimana hal tersebut seolah menjadi kesepakatan bersama bahwasannya cinta-pacaran-seks. Untuk melakukan hubungan seks, maka harus pacaran. Jika pacaran, maka bisa melakukan hal-hal yang berbau seksual.
Dengan abstraknya definisi cinta, jangan pula sampai membuat kita bodoh ataupun ceroboh. Jatuh cinta adalah hal wajar, rasa ingin memiliki apalagi, pun dengan mempunyai nafsu seksual kepada pasangan juga sah-sah saja. Asalkan pada orang yang sudah akan diresmikan di KUAhehe. Apapun pandangan orang tentang pacaran, pasti selalu ada potensi yang mengarah kepada hal-hal seksual. Itulah mengapa ada pepatah yang mengatakan bahwa lebih baik sendiri mulia daripada berdua berdosa.
Tapi dengan penjelasan itu semua, jangan pula mematikan hawa nafsu teman-teman sebagai manusia. Juga jangan menyalahkan cinta atas sebab yang bisa mengarah ke dampak yang buruk. Inikan hanya masalah bagaimana menyikapi saja, dan tentu saja balik lagi kepada pilihan teman-teman. Jadi hati-hati jika ada yang menyatakan cinta kepada teman-teman, teliti dulu jenis cinta yang dinyatakan itu ke arah mana?
Lo termasuk mana?
ReplyDeletesudah w baca ulang biar gak lupa.ehehe. ah tp w gaq sepenuhnya setuju sm om eka. alasan mencintai seseorang gaq sesempit itu. atau w yg salah mengartikan cinta? wkwkw uwu�� dah ah malu muncul di kolom komen lu. bye. kalo dibaca, hope you have a nice day put! kalo enggak ya semoga suatu hari dibaca 😋😋😋
ReplyDelete