Skip to main content

Posts

Showing posts from February, 2018

CARA MENIKMATI LUKISAN ABSTRAK A LA PAMAN

CARA MENIKMATI LUKISAN ABSTRAK A LA PAMAN Oleh Sukindar Putera Entah seleraku yang payah atau bagaimana, sampai saat ini aku tak bisa menikmati lukisan abstrak sebagaimana yang paman lakukan. Sebetulnya aku sudah malas betul ke pameran semacam ini, tapi paman selalu memaksaku untuk menemaninya. Jadi apa boleh buat. Sesampainya kami di sini, seorang pria berpakaian flamboyan sedang memberikan sambutan yang membuatku ingin muntah. Kurasa apa yang disampaikannya sangat berlebihan, terlebih ketika ia mengatakan bahwa lukisan abstrak merupakan picisan jiwa sang pelukis. Astaga. Tapi rasa mual itu tak kutunjukkan, sebab tak enak jika paman melihat. Ia terlihat sangat begitu antusias. Lantas setelah sambutan yang menjijikan itu kami berkeliling untuk melihat-lihat. Paman tampak serius saat menatap setiap lukisan yang kami lalui. “Aku suka yang ini,” tiba-tiba paman berhenti di salah satu lukisan. “Lukisan ini berbeda dengan yang lainnya, seperti memiliki kekuatan yang

Bandeng Bandeng

BANDENG BANDENG Oleh Sukindar Putera Setelah tak mendapatkan tali tambang, Junet Biduran menggunakan rafia untuk menggantung dirinya. Sesegera mungkin ia ingin mati. Di luar skenario Tuhan yang telah dirancang masak-masak, keputusannya sudah bulat untuk mengangkat nyawanya secara otodidak. Tanpa sepengetahuan malaikat pencabut nyawa, hari itu ia mati. Bukan karena gantung diri dengan rafia, sebab kau tahu, tali itu bahkan tak kuat mengangkat potongan tangan Pretty Asmara. Maka setelah ia mencoba mengantung dirinya, dan yang sama-sama sudah kita tahu, rafianya putus dan ia ambruk. Ia merasa tolol. Ia pun pergi ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya. Di situlah ia mati, saat kecoak terbang hinggap dari atas paralon ke wajahnya, ia kaget bukan main dan terpeleset hingga palanya membentur ujung bak mandi. *** “Ada bandengnya?” Tanya Aan Garong kepada jurnalis stasiun teve lain yang sudah dulu tiba. Orang itu menggeleng, Aan Garong berdecak. Bandeng, adalah istilah

Cara melarikan diri yang keren ? #omongkosong1

Halo warganet yang jatmika, semoga kalian bahagia selalu dan terhindar dari penyakitasam lambung. Udah lama gue gak nulis di blog ini, entahlah rasanya males betul nulis di sini, karena itu gue sedikit percantik blog ini dengan mengubah tamplatesnya dan menambahkan sedikit konten tulisan (meskipun gaada yang baca). Tapi gapapa, karena untuk beberapa hari ke depan sepertinya gue akan lebih aktif nulis di sini, sebab sekarang gue lagi berusaha menarik diri dari media sosial seperti youtube, instagram dan line. Upaya melarikan diri dari ketiga hal itu  gue pikir langkah yang gak naif-naif amat sih, karena gue pengen mencoba nulis lagi. Lu bisa bayangin, belakangan gue lebih seneng liat komuk dengan pose aneh-aneh di instastory ketimbang cari referensi. Maksud gue, sindrom semacam ini gak lagi terkontrol. Gue meninggalkan banyak tanggung jawab karena youtube, gue ketinggalan buku-buku bagus karena mikirin caption untuk foto yang bakal gue post di instagram, dan banyak hal-hal tolol

MUSABAB KEMATIAN UNTUK SEBUAH KEBETULAN

MUSABAB KEMATIAN UNTUK SEBUAH KEBETULAN Oleh Sukindar Putera Tumpal Marudut ternganga-nganga ketika Lasma ibunya lewat sambil membakul sebuah keranjang cucian, matanya melotot sebagaimana menyaksikan malaikat pencabut nyawa yang sedang menertawakan dirinya karena sebuah kematian. Dari kerongkongannya terdengar suara mengerikan bak sapi kurban yang baru saja digorok lehernya. Mukanya membiru, urat lehernya keluar membentuk akar serabut. Lima menit kemudian Tumpal Marudut mati, berbarengan dengan jeritan Lasma yang melengking. ***             Segerombol lalat malangmelintang di seonggok taik anjing yang masih hangat, kepakan sayap mereka yang berbarengan membentuk suara berdengung yang cukup mengganggu. Satu di antaranya yang tubuhnya lebih kecil dibanding yang lain tidak kebagian tempat, hanya sesekali menyentuh permukaan taik lalu didepak oleh lalat yang lebih besar lagi. Begitu seterusnya sampai ketika seorang manusia datang menyerok taik itu, membuat lalat-lalat hilan

Wayang Cecak : Kebudayaan yang pernah mati suri

Sore itu di sela-sela derasnya kebudayaan asing yang kian menjamur,  Pulau Penyengat, Kota Tanjungpinang, Provinsi Kepulauan Riau, telah menghidupkan kembali kebudayaannya yang telah mati suri kurang lebih selama setengah abad yaitu Wayang Cecak. Begitulah yang Azmi Mahmud, seorang seniman asli Pulau Penyengat, katakan kepada pewawancara ketika ditanya perihal sejarah kebudayaan tersebut. Ia mengaku meski tak mengenal Wayang Cecak secara langsung, tetapi telah menelan banyak informasi dari beberapa sumber, seperti Raja Malih Afrizal, Raja Suzanna Fitri dan Alm. Raja Hasan Junus merupakan nama yang disebutkan olehnya. ***             Etnis Tionghoa pada masa itu memang sudah mendominasi dalam bidang perniagaan, sisanya orang-orang Melayu di Tanjungpinang lebih memilih tinggal di pesisir pantai untuk menyambung hidup dari hasil melautnya. Di sela-sela kesibukan itu, seorang perempuan penduduk asli yang berasal dari salah satu kota kecil di sana, sedang khidmat menyaksikan pe