Skip to main content

Posts

Showing posts from 2016

SORE BERSAMA SOSOREAN SOK SERIUS

SORE BERSAMA SOSOREAN SOK SERIUS Di saat mahasiswa lain tengah bersenggama dengan telepon pintarnya, atau membicarakan persoalan kaos kaki yang baiknya dipakai di bawah mata kaki agar terlihat trendi, atau pula menyembah gadis pujaannya di selasar gedung-gedung kampus, mereka duduk membicarakan persoalan yang cukup serius; yakni dalam sebuah diskusi yang diberi nama Sosorean Sok Serius. Jika dilihat dari kejauhan mereka memang tak ada bedanya dengan sekumpulan mahasiswa pecinta tembakau yang kerjaan hanya mengepul asap di udara secara berjamaah, tapi jika kau mendekat barang dua meter saja, kepalamu akan dipaksa berpikir keras untuk mengunyah setiap kata-kata yang lahir dari mulut mereka.             Sosorean Sok Serius berangkat dari keresahan beberapa mahasiswa Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia (kini dipecah menjadi Prodi Sastra dan Prodi Pendidikan Bahasa Indonesia), yang merasa bahwa pentingnya membahas isu-isu dalam dunia kesusastraan yang tidak mereka dapat saat berada

MUSABAB KEMATIAN UNTUK SEBUAH KEBETULAN

MUSABAB KEMATIAN UNTUK SEBUAH KEBETULAN Oleh Sukindar Putera Tumpal Marudut ternganga-nganga ketika Lasma ibunya lewat sambil membakul sebuah keranjang cucian, matanya melotot sebagaimana menyaksikan malaikat pencabut nyawa yang sedang menertawakan dirinya karena sebuah kematian. Dari kerongkongannya terdengar suara mengerikan bak sapi kurban yang baru saja digorok lehernya. Mukanya membiru, urat lehernya keluar membentuk akar serabut. Lima menit kemudian Tumpal Marudut mati, berbarengan dengan jeritan Lasma yang melengking. ***             Segerombol lalat malangmelintang di seonggok taik anjing yang masih hangat, kepakan sayap mereka yang berbarengan membentuk suara berdengung yang cukup mengganggu. Satu di antaranya yang tubuhnya lebih kecil dibanding yang lain tidak kebagian tempat, hanya sesekali menyentuh permukaan taik lalu didepak oleh lalat yang lebih besar lagi. Begitu seterusnya sampai ketika seorang manusia datang menyerok taik itu, membuat lalat-lalat hila

Kepada Siapa Kamu Harus Membagi Cinta

Sebetulnya tulisan ini ada di  projomblo.com , sengaja gue taro sini biar ngisi aja. Dari pada berdebu ini blog huehehe. Selamat membaca :) Cinta tidak melulu tentang kisah romantis cengeng, manis pahitnya suatu hubungan, atau kisah patah hati yang tak berujung. Percayalah, cinta tidak sesempit dan semenyedihkan itu. Tidak ada batasan yang jelas kepada siapa kamu harus menaruh cinta, bahkan kepada seonggok kerikil sekalipun. Jika boleh saya analogikan, cinta itu bak sebuah teknologi canggih. Mungkin kalian sudah paham betul; jika kita memiliki pemahaman yang luas tentang teknologi, maka dengan mudah kita tahu kapan dan bagaimana cara untuk menggunakan teknologi tersebut. Tapi sebaliknya, jika kamu miskin akan pemahaman maka jangan salahkan saya bila mengatakan kamu telah diperbudak olehnya. Lalu bagaimana agar kita bisa memahami cintah seutuhnya ? Tidak rumit tapi juga tidak mudah. Ibarat ada seorang bocah menghabiskan waktunya seharian hanya untuk bermain  game  saja,  nah

Edisi kangen Tembok - Geger Bentang

MALAM EMOSIONAL

Setiap langkah yang saya ikhlaskan tidak membuat hati saya tenang, melainkan teringat akan tanggung jawab yang kian gugur seutas demi seutas. Saya menghadap timur, mempertemukan kening saya dengan ubin rumah. Berharap dengan ini Tuhan dapat mengetahui isi kepala saya, dan membasuh segala jenis elemen najis yang ditolak di tanah kekal nanti. Lalu pagi harinya saya bangkit, menoleh ke arah barat. Sekedar memastikan matahari tidak timbul dari arah sana. Saya hanya takut, segala yang telah saya rusak tak sempat diperbaiki dengan tangan saya sendiri. Setelahnya baru saya menangis. Tidak tahu harus mulai dari mana. Terlalu rumit, semua tampak kusut untuk ditanggulangi. Saya semakin ciut. Semakin menatap muka mereka, semakin mengecil tubuh saya di hadapannya. Malu. Demi Tuhan, saya malu dengan mulut saya, pikiran, tangan, dan segala aspek yang membuat saya berlagak bijak, wibawa, paling benar, dan menjadikan saya seperti mesin pemecah masalah. Maaf beribu maaf. Saya miskin, jiwa saya

AKU KALUT !

Malam hari, pikirannya kalut. Tidak ada yang akan membuatnya lebih baik selain merokok. Tapi ia tidak bisa, sebuah infeksi saluran pernapasan yang diidapnya membuatnya tidak boleh merokok lagi. Ia dilema. Tangannya basah. Sedari tadi mondar mandir di depan rak bukunya. Mungkin tak apa jika hanya sebatang, pikirnya. Tapi sekelebat ia membantah, lalu mengamini lagi. Demi dewa langit, tak apa jika hanya sebatang ! ia menghardik dirinya sendiri dalam hati. Ia ambil sebatang rokok sisaan yang ia sembunyikan di antara buku-buku itu. Ia menuju keluar, duduk di kursi plastik reyot di balkon rumahnya. Ia menyalakan korek, dibakarnya rokok itu dengan khidmat. Tembakau kering itu meletek seiring bersentuhan dengan api, lalu dihisapnya dalam-dalam. Ia mendesis, membiarkan asapnya masuk menjalar ke seluruh rongga paru-parunya. Nikmat, katanya. Lalu perlahan-lahan ia hembuskan asap yang sudah merasuki tubuhnya, berupa gumpalan yang menyerupai awan kecil. Sedikit demi sedikit, hingga keluar seutuhn

DUA ALASAN UNTUK "MENCINTAI" SESEORANG

Sedikit meminjam istilah Eka Kurniawan dari novelnya yang berjudul  Cantik Itu Luka , yakni kurang lebih ia berkata bahwa ada dua alasan untuk mencintai seseorang; yang pertama cinta karena ingin  memiliki , yang kedua cinta karena ingin menyetubuhinya . Sebuah gagasan sederhana namun amat merefleksikan keadaan masyarakat dewasa ini. Bagaimanapun apa yang saya kutip di atas itu, sebetulnya merupakan satu kesatuan yang tak bisa dipisahkan. Misalnya pada kasus pertama,  seseorang tentu saja punya rasa ingin memiliki terhadap orang yang ia cintai . Lalu pada kasus kedua, mencintai seseorang dengan memilikinya tentu saja berujung pada sebuah wadah untuk pemuas hasrat seksual seorang manusia .  Nah!  Di sinilah yang perlu digaris bawahi teman-teman. Sebagai contoh sebuah fenomena menarik yakni pacaran, yang kini lebih banyak berperan sebagai dalih untuk melakukan seks ataupun hal-hal pemuas nafsu seksual. Terbukti dengan meningkatnya remaja seks pra-nikah tiap tahunnya berdasarkan Bada

Kamu : yang hidup dan membuat kepalaku berkerak.

Kamu : yang hidup dan membuat kepalaku berkerak. Seperti kemarin, Kamu bermain-main di mimpiku. Berjingkrak, tertawa seceria burung pelatuk sehabis melubangi pohon kenari. Menggergaji setiap kenangan itu, dan menebarnya ke seantero tempurung kepala. Lalu menginjak-injaknya selayak kardus bekas, menciptakan jiplakan kaki kecilmu di sana. Aku membangunkan diriku, tak ingin mengetahui itu sebenarnya. Tapi, ternyata Kamu masih ada di sana. Berputar, menari secantik ular gurun. Kini kepalaku berkerak, atas apa yang pernah kau berikan. Rasanya seperti vertigo, tapi bukan. Atau mungkin tumor, itu apalagi. Tapi. Tak apa. Aku rela menimangmu sambil memikul neraka. Terbang bebas dengan sayap yang patah. Berdegup dengan jantung yang mencuat. Dan menghembus, bernafas melalui pori-pori. Demi Tuhan, tak apa. Kalau mau tahu, sebetulnya yang kupelihara di kepalaku adalah Kamu yang palsu. Karena kamu terkalu sibuk berada di kepala orang lain, dan kepalamu tanpa pamrih menyimpan siapapu

Hariini saja

Hariini saja Oleh Sukindar Putera                           Hariini, kegiatan literasi telah mati dikalahkan oleh renyahnya teknologi. Generasi menunduk datang, berbondong-bondong memikul seonggok taik di pundaknya. Karena ritual tegur sapa pun sudah mulai masuk ke dalam sebuah sistem keparat, menjadi bertele-tele. Nurani suci dikalahkan oleh intelektual omong kosong, karena bagaimanapun katanya kita ini “akan  menjadi peneliti!” Seiring berjalannya waktu, robot-robot yang pandai memanipulasi pencitraan datang. Menjadi idola dan panutan bagi setiap orang, termasuk kegemaran para pengembala babi. Yang lebih menggelikan, wajah mereka dilipatgandakan dan ditempel di seantero kampus. Gigi-giginya yang hijau terlihat, tampak bahagia luar biasa mirip kuda giting. Hariini, kegiatan diskusi mulai terancam. Sebab diskusi hanya akan dianggap jika sebagai program kerja saja, kebebasan berpikir sudah perlu surat izin yang ditandatangani (lagi). Peraturan tak masuk ak

KAU DAN BATU TUJUH

KAU DAN BATU TUJUH Oleh Sukindar Putera AKU MASIH INGAT . Saat gambreng , kau satu-satunya yang menelungkupkan tanganmu. Itu berarti kau yang jaga ; menyusun ketujuh batu itu secara bertingkat. Muklis yang bertugas untuk menghancurkan susunan batu, dari garis yang sudah kita sepakati jaraknya. Pada hitungan ketiga, sandal yang ia lempar tepat menghancurkan susunan batu itu hingga kau kewalahan untuk mengumpulkan batu yang berpencaran. Dengan leluasa aku, Niko, dan Muklis dapat mencari tempat persembunyian, di sela kau harus menyusun batu itu seperti semula.             Aku bersembunyi di belakang kandang ayam milik Pak Edni. Aku masih ingat betul bau tengik taik kotok yang menyengat hidungku saat itu, dan aku sempat tak bisa menahan bersin karena gatalnya bulu ayam yang berterbangan. Dari tempatku bersembunyi, aku dapat melihat Muklis yang sedang memanjat pohon kersen. Sebetulnya, pohon itu tak jauh dari tempatmu menyusun batu. Karena kau sedang sibuk menyusun batu saja, ma

CATATAN HARIAN

          Entahlah, hariini terasa seperti hari dimana ajalku sudah di ujung tanduk. Maksudku, aku merasa menjadi kambing congek di tengah sibuknya orang-orang Jakarta. Penyiksaan lahir-batin duniawi yang sakit sekali rasanya. Sepertinya malaikat dan penghuni akhirat pun sedang kebingungan melihat puncak kejenuhanku yang munjulang tinggi sampai ke langit ke tujuh, bajingan! Terdengar berlebihan, tapi begitulah kenyataannya. Maka setelah rokok terakhirku habis, aku langsung meluncur menuju warung kopi di daerah Cipinang Jaya.             Bagaimanapun libur panjang ini tidak seperti apa yang tergambarkan anak-anak SMA pada umumnya, kupikir mereka berpikir seperti itu karena memang sistem pembelajaran sekolah yang sinting. Masuk pagi, pulang sore. Menuntut untuk belajar ini itu tanpa menjunjung nurani murid-muridnya, sehingga terlihat seolah pemikiran mereka sedang digeneralisasikan, membuat jiwa mereka miskin, oleh karena itu secara tidak langsung mengajarkan mereka untuk memben