Hariini saja
Oleh Sukindar
Putera
Hariini, kegiatan literasi telah
mati dikalahkan oleh renyahnya teknologi.
Generasi menunduk datang,
berbondong-bondong memikul seonggok taik di pundaknya.
Karena ritual tegur sapa pun
sudah mulai masuk ke dalam sebuah sistem keparat, menjadi bertele-tele.
Nurani suci dikalahkan oleh
intelektual omong kosong, karena bagaimanapun katanya kita ini “akan menjadi peneliti!”
Seiring berjalannya waktu,
robot-robot yang pandai memanipulasi pencitraan datang.
Menjadi idola dan panutan bagi
setiap orang, termasuk kegemaran para pengembala babi.
Yang lebih menggelikan, wajah
mereka dilipatgandakan dan ditempel di seantero kampus.
Gigi-giginya yang hijau terlihat,
tampak bahagia luar biasa mirip kuda giting.
Hariini, kegiatan diskusi mulai
terancam.
Sebab diskusi hanya akan dianggap
jika sebagai program kerja saja,
kebebasan berpikir sudah perlu
surat izin yang ditandatangani (lagi).
Peraturan tak masuk akal akan
diterapkan, demi memberantas para “begundal” yang hidupnya malam hari
Mereka akan terlihat sejajar
dengan kami, meski nyatanya telinga mereka sebetulnya tuli.
Kalau mau tahu, sebetulnya aspirasi
sudah mati sejak dulu.
Kotak saran dan kirik
disembunyikan siluman macan, dengan itu tak ada yang berani mengusiknya.
Hariini, ya, hanya hariini saja.
Esok atau lusa tidak penting,
sebab kami tidak terbiasa untuk berpikir sepanjang itu***
Comments
Post a Comment