SORE BERSAMA SOSOREAN SOK SERIUS
Di
saat mahasiswa lain tengah bersenggama dengan telepon pintarnya, atau
membicarakan persoalan kaos kaki yang baiknya dipakai di bawah mata kaki agar
terlihat trendi, atau pula menyembah gadis pujaannya di selasar gedung-gedung
kampus, mereka duduk membicarakan persoalan yang cukup serius; yakni dalam
sebuah diskusi yang diberi nama Sosorean Sok Serius. Jika dilihat dari kejauhan
mereka memang tak ada bedanya dengan sekumpulan mahasiswa pecinta tembakau yang
kerjaan hanya mengepul asap di udara secara berjamaah, tapi jika kau mendekat
barang dua meter saja, kepalamu akan dipaksa berpikir keras untuk mengunyah
setiap kata-kata yang lahir dari mulut mereka.
Sosorean Sok Serius berangkat dari
keresahan beberapa mahasiswa Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia (kini dipecah
menjadi Prodi Sastra dan Prodi Pendidikan Bahasa Indonesia), yang merasa bahwa
pentingnya membahas isu-isu dalam dunia kesusastraan yang tidak mereka dapat
saat berada di dalam kelas. Sebagaimana saat itu—saat acara ini pertama kali
diadakan—mereka membahas buku Lelaki Harimau karya Eka Kurniawan yang masuk ke
dalam nominasi Man Booker Prize 2016.
Tentu
saja acara semacam ini jarang sekali ditemukan di kampus, terlebih acara ini
tidak ditunggangi oleh lembaga apapun, begitu kata salah satu peserta Sosorean
Sok Serius yang tak mau disebutkan namanya. Ia menambahkan bahwa acara ini
dijalankan “sekenanya saja”, seperti persiapan alat kebutuhan acara dan materi
yang akan dibahas saat diskusi. Petugas (istilah mereka untuk pemateri) acara
ini diberi tema satu minggu sebelumnya untuk membuat esai dan menjabarkannya
saat diskusi nanti. Hampir semua petugas berasal dari Jurusan Bahasa dan Sastra
Indonesia agar memberdayakan kemampuan SDM yang ada, hitung-hitung sama-sama
belajar dan menambah wawasan, katanya mengakhiri.
Selain
dihadiri oleh mahasiswa, kegiatan di setiap hari kamis sore inipun pernah dihadiri oleh salah satu dosen Prodi
Sastra Indonesia, yakni Irsyad Ridho yang turut memberikan sumbangsihnya kepada
peserta diskusi saat tema yang diadakan adalah Budaya Populer. Tentu saja
kehadirannya membuat kegiatan ini semakin khidmat dan menyenangkan.
Acara semacam ini, entah dari
jurusan manapun, sangat diharapkan dapat berumur panjang. Sebab selain menambah
wawasan mahasiswa itu sendiri, kegiatan inipun menandakan bahwa mereka perduli
terhadap isu terdekat agar semakin mawas diri dan cerdas dalam menyikapi
peristiwa yang terjadi. Sebagai penghuni kampus, mereka cukup tahu diri untuk tidak
memenuhi selokan dengan puntung rokok ataupun bernyanyi sekeras-kerasnya dengan
nada yang monoton saja.
Sebagai mahasiswa tentu saja kita
harus membuka keran pemikiran sebesar-besarnya, dan menyiapkan wadah yang
seluas-luasnya. Sosorean Sok Serius merupakan kutub positif dari Universitas
Negeri Jakarta yang membuat kampus ini terasa begitu hidup, nyawa-nyawa seperti
ini harus diselamatkan dan dibiarkan terbang bebas mengitaro seantero kampus. Sedikit
mengutip dari slogan mereka;
Siapapun boleh datang dan ikut
bicara. Tidak dipungut biaya apapun, hanya modal pantat untuk duduk dan mulut
untuk berpendapat – Ohya, selamat menambah beban berat
kepala anda !
Comments
Post a Comment